Problem krusial bangsa kita adalah ketidakmampuan berbicara singkat, jelas, padat dan terstruktur. Saya adalah orang teknik, dimana sehari hari 50 persen waktu saya bergaul dengan orang orang sosial dan 50 persen lagi bergaul dengan orang orang teknik. Terdapat perbedaan yang signifikan dan saling bertolak belakang dalam berbicara/berpendapat diantara kedua kelompok besar ini. Orang orang sosial (di lingkungan saya), sebagian besar mengemukakan pendapat secara panjang lebar, seperti mendongeng/storytelling, terkadang repetitif, dan sering bertele tele sehingga sulit ditelaah dimana letak esensi pendapatnya karena tidak fokus. Sedangkan orang orang teknis di lingkungan saya cenderung sebaliknya, tapi kadang kadang terlalu terpaku dengan rules, ngotot dengan asumsi mereka sendiri, sehingga kurang luwes.
Dari contoh kecil lingkungan saya diatas, sebenernya bisa dibayangkan kondisi umum bangsa kita. Mungkin hitungannya malah lebih parah, karena setahu saya jumlah orang teknik itu kalah jauh dibandingkan dengan orang sosial. Jadi kesimpulan kasar bangsa kita suka sekali berbicara / berpendapat secara bertele tele dan tidak terstruktur. Bukan maksud saya membeda bedakan atau rasis, tadinya saya tidak terlalu ‘aware’ dengan perbedaan diatas sampai akhirnya saya mengalaminya sendiri. Kondisi ini sudah merambah ke banyak aspek dalam kehidupan masyarakat kita, mulai dari bisnis, politik, kenegaraan sampai juga ke akademisi.
Pada saat saya kuliah di luar negeri, saya ingat sering diomeli pembimbing saya, karena argumen saya yang kurang terstruktur, padahal saya lulusan matematika. Saya amati disana kemampuan berbicara logis dan terstuktur sudah dipunyai anak anak kecil setara SD, karena rangsangan pendidikan dasar mereka yang membuat mereka secara tidak sadar sudah mengaplikasikam logika matematik sejak dini. Di Indonesia malah sebaliknya, pendidikan kita didominasi oleh menghapal, jadinya saya bertanya tanya apakah ada korelasi antara kualitas pendidikan dengan kemampuan berbicara yang baik ?, apakah ada faktor lain yang membuat kita perlu berbicara bertele-tele, padahal dipersingkatpun bisa ? apakah karena memang ketidakmampuan kita membuat summary cepat atau mengkonstruksi kata kunci ? dan pertanyaan pertanyaan lainnya? #mikir
coba dong salah satu artikelnya di publish di publicanonyme 🙂
LikeLike
siap chik, lagi disusun hihihi
LikeLike