Review Honda PCX vs Yamaha NMax (2018)

Hari minggu pagi ini, saya kedatangan temen riding saya kang Firman yang baru saja memperoleh motor Honda All New PCX 2018 (PCX 2018) warna merah. PCX 2018 ini adalah motor CKD dari Honda yang diluncurkan bulan desember 2017 kemarin. Karena dirakit di Indonesia, maka Honda PCX ini harganya menjadi sangat murah (yaitu 30.8 juta untuk Bandung), padahal Honda PCX tahun tahun sebelumnya diimport dari Thailand mempunyai bandrol harga mencapai 42 juta. Dengan harga tersebut maka Honda PCX berkompetisi langsung dengan Yamaha NMax di kelas matic premium. Yamaha NMax saat ini pas berusia 3 tahun di Indonesia, kebetulan Yamaha NMax saya adalah keluaran pertama pada bulan februari/maret 2015.  Saya akan coba review singkat bagaimana performansi Honda PCX dibandingkan dengan Yamaha NMax saya.  

 

IMG 8569

 

Dibandingkan dengan PCX tahun sebelumnya (PCX CBU), maka PCX 2018 ini bodynya jauh lebih besar. Tepatnya lebih besar dari NMax saya, padahal PCX CBU bodynya lebih kecil dari NMax. Dengan pemekaran body secara signifikan maka kesan skutik gambot pada PCX 2018 sangat berasa. Setelah diamati body PCX 2018 ini sangat rapih, hampir tidak ditemui adanya baut yang kelihatan dari luar. Kerapihan ini membuat sedikit kerepotan pada saat ingin membongkar bodynya. Kang Firman cerita bahwa beliau ingin mencoba mencopot windshield, akan tetapi sulit sekali dilakukan, berbeda dengan NMax atau bahkan PCX CBU sebelumnya yang cukup mudah untuk membuka body. Ground clearance PCX 2018 juga lebih tinggi dari NMax (bisa dilihat dari gambar atas). Walaupun body PCX lebih besar, tapi ternyata motor ini lebih ringan dari NMax terutama terasa pada mekanisme pasang standard ganda, dimana terasa PCX 2018 berasa sangat ringan.

Nah bagaimana dengan posisi duduknya, menurut saya posisi standard PCX 2018 kurang nyaman, karena jok terlalu tinggi, sedangkan stang motornya terlalu rendah. Memang akan perlu sedikit penyesuaian antara jok dipapras atau stang ditinggiin. Penyesuaian ini cukup mudah, menurut saya begitu posisi duduk sudah sempurna maka kenyamanan akan meningkat signifikan. Suara mesin sangat halus, suspensi empuk, jadi ngebayangin untuk touring jarak jauh PCX ini tidak akan berasa capek. Overall kenyamanan berkendaraan menurut saya PCX 2018 lebih unggul dari NMax

IMG 8525

 

Untuk akselerasi NMax jauh lebih unggul, jadi kalo suka speed sebaiknya pake NMax, sedangkan kalau nyantai PCX 2018 jauh lebih unggul. Motor NMax saya sebagai contoh sepertinya ga mau (ga enak) kalau buat riding santai, tetapi jika dipake kecepatan tinggi malah berasa enak motornya. Menurut mas Awal (temen riding saya juga) yang review PCX bareng saya ini, bilang bahwa PCX malah lebih enak buat cornering dibanding NMax, cuman nunggu settingan yang pas aja. Saya sendiri tidak nyobain cornering tadi.

Untuk bagasi, NMax lebih luas dari PCX. Dek bawah bagasi NMax rata sehingga memberikan ruang lebih, sementara untuk PCX ada tonjolan di tengah dan di bagian belakang, sehingga space bagasi berkurang secara signifikan. Akan tetapi daya tampung 1 helm full face sepertinya  juga masih bisa dimasukkan ke bagasi PCX. Untuk fitur PCX lebih lengkap, motor ini sudah dilengkapi dengan keyless starter, juga immobilizer. Bentuk dashboardnya pun jauh lebih futuristik dan keren dari NMax. Mungkin bentar lagi NMax juga akan ada perombakan fitur, melihat fitur PCX yang begitu lengkap. 

Overall jika anda saat ini sedang mencari skutik premium maka PCX merupakan pilihan yang yang paling bagus, kecuali anda mencari yang bagasinya lebih besar,  akselerasi yang lebih cepat, atau aksesoris yang sudah banyak di pasaran, maka NMax merupakan pilihan terbaik. Sebagai pemilik NMax yang sudah berusia 3 tahun maka saya tergoda untuk membeli PCX, ini lebih karena saya sudah bosan lihat NMax, walaupun motornya sendiri masih sangat enak. Tentu saya akan membeli PCX, dengan syarat NMax saya sudah laku terjual ..

Semoga bermanfaat. 

 

IMG 8570

IMG 8518

IMG 8519

Review Kia Sportage Indonesia

Saya mencoba membuat variasi blog entry yang lain dari biasanya, yaitu mengenai topik otomotif. Sering sekali kita kesulitan mencari review otomotif di Indonesia dari kacamata pengguna. Biasanya review dibuat oleh majalah otomotif (profesional tester), yang netralitasnya saya ragukan, atau review dari pabrikan kendaraan itu sendiri (pesan sponsor). Hal ini terjadi pada saat saya mencari informasi mengenai Kia Sportage ini, sulit sekali mencari reviewnya dari pengguna di Indonesia. Kebanyakan review yang saya peroleh adalah dari Forum Kaskus, tapi jarang yang berisi pengalaman yang mendalam. Atas dasar itu maka saya berusaha menulis review (dari kacamata pengguna) di Blog ini. Sebelumnya saya pernah melakukan review otomotif yaitu mengenai mobil Suzuki Splash dan motor  Yamaha Nmax

Oke mari sekarang langsung ke inti cerita. Salah satu kendaraan kami sekeluarga yaitu Honda Freed 2011, yang kami beli dari baru, odometernya sudah mencapai lebih dari 100ribu km. Selama 5 tahun Freed sudah menemani aktivitas  keluarga kami sehari hari dari rumah kami yang lokasinya di ujung bandung ke kantor atau ke sekolah anak anak atau pergi berlibur. Tidak heran jika odometernya sudah luar biasa besar. Sebagai pengganti, saya ingin mencari mobil dengan cc lebih besar dari Freed, secara mobil kami satunya (Splash) cc nya cuma 1200. Maka pilihannya adalah 1500cc keatas. 

Kia Sportage (model All New / Generasi ke 3) adalah mobil 5-seater incaran saya yang pertama, karena saya sangat suka sekali modelnya dari sejak pertama kali keluar tahun 2011. Lebih menarik lagi harga bekasnya sekarang tidak terlalu mahal, dibandingkan harga barunya yang mencapai harga 300-400an juta lebih. Maka mulailah saya hunting Kia Sportage bekas. Setelah beberapa minggu hunting, akhirnya saya mendapatkan Sportage abu abu metalik tahun 2013 dengan kondisi mulus dan odometer cuma 30ribu km dengan harga yang relatif murah #happy, kalau saya tidak salah ini adalah mobil SUV 2000cc bekas termurah dibandingkan mobil sekelasnya yang lain.

Nah sekarang tentang performancenya, karena terbiasa menggunakan mobil matic 1500cc kebawah, maka upgrade ke 2000cc berarti meningkatkan kenyamanan. Kecepatan diatas 120km  diperoleh dengan cepat dan dengan usaha mesin yang minimal, demikian juga dengan jalur tanjakan seperti jalan tol cipularang Jakarta-Bandung dilewati nyaman, biasanya freed di tanjakan ini mesinnya suka meraung :D. Suspensinya pun meskipun tidak terlalu empuk, tapi mampu menahan redaman pada saat mobil melewati jalan berlobang ataupun polisi tidur dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dan yang paling penting adalah konsumsi BBMnya, dengan menggunakan RON92 sama dengan Honda Freed kami dulu, sekitar 1:8-1:10 dalam kota dan !:11-1:15 jalan tol. Oh yah saya suka suspensi Sportage yang agak keras, karena mobil bisa tetap stabil pada belokan dengan kecepatan yang agak tinggi.

Sportage yang saya peroleh adalah tipe LX, ini bukan merupakan kelas tertinggi, yang berarti tidak ada sunroof, tidak ada spion lipat otomatis, tidak ada electronic reclining seat, tidak ada lampu DRL. Tapi saya  memang tidak terlalu peduli dengan fitur seperti diatas, yang penting adalah performa mesin yang handal dan interior yang nyaman. Jok bawaan dilapis kulit, sehingga menambah kenyamanan penumpang.

Satu satunya upgrade yang saya lakukan adalah menambah active subwoofer untuk meingkatkan performa audionya, selain itu bawaan pabriknya mobil ini sudah tidak perlu diberikan tambahan apa apa. Ada dua pilihan velg Sportage, yaitu velg 17 dengan ban yang lebih tebal, dan velg 18 dengan ban yang lebih tipis. Seri kami adalah velg 17 dengan ban yang lebih tebal, yang artinya kenyamanan lebih terasa daripada velg 18 dengan ban lebih tipis.

Interior mobil terbilang sederhana dan seperlunya, sehingga memudahkan kami untuk memahami semua kontrol yang ada. Ruang penumpang dan ruang bagasi cukup besar. Lighter atau DC power outlet pun melimpah, paling tidak ada 3 DC power outlet. 

Demikian review singkat Kia Sportage 2013. Silahkan kalo ada komentar / pertanyaan. Oh ya saat ini (2016) Sportage sudah mengeluarkan generasi ke 4, dengan model yang jauh berbeda, lebih agresif, dan lebih futuristik. Rencananya Kia Motor Indonesia akan menjualnya di Indonesia awal tahun depan (2017)

 

IMG 9873

Pemasangan Stiker Garskin untuk MacBook

Semenjak upgrade MacBook Pro 2010 menjadi MacBook Pro Retina 2015, maka aksesoris pertama kali yang wajib dipasang adalah stiker Garskin.  Selama ini pilihan proteksi buat MBP berupa hard case, soft case dan stiker tempel lainnya tidak ada yang nyaman buat saya.

Saya sudah beberapa kali menggunakan stiker Garskin di macbook, ipad ataupun iphone saya terdahulu. Menurut saya stiker ini sangat durable, kuat melindungi permukaan gadget supaya tidak tergores benda tajam, tidak meninggalkan bekas lem, tidak menambah berat dan ukuran gadget (seperti hard case pada macbook atau ipad), praktis, dan banyak motif bagus yang tersedia.

Kalau ingin pilihan motif yang lengkap, maka belinya harus online di www.gstore.co.id. Di Bandung, outlet penjual Garskin cuma ada di mall PVJ, tapi pilihan untuk macbook sangat sedikit, kebanyakan untuk handphone.

Berikut ini step by step pemasangan stiker Garskin

IMG_3227

Siapkan lap dan cairan pembersih beralkohol yang biasanya untuk layar monitor, bersihkan semua permukaan  MBP yang akan dipasang stiker

IMG_3228

Bersihkan juga bagian dalam MBP

IMG_3229

Paket Garskin dibungkus dan dilindungi dengan karton tebal supaya stiker tidak tertekuk selama pengiriman

IMG_3230

Bagian belakang paket stiker Garskin

IMG_3231

Lapisan stiker Garskin yang cukup tebal

IMG_3233

Tempelkan stiker pada permukaan MBP, pastikan posisinya sudah pas sebelum di tekan dengan tangan

IMG_3234

Kemudian siapkan stiker kedua untuk bagian dalam MBP

IMG_3236

Voila !! akhirnya stiker Garskin terpasang, sekarang saya tidak kuatir lagi dengan permukaan MBP bakal kebaret baret kalo dimasukin ke dalam tas

Review Nokia Lumia vs Others dari Penggemar Berat Fotografi

Nokia Lumia 1020

Dulu saya termasuk orang yang rajin gonta ganti smarphone dalam periode 2010-2013 saya sudah berganti sekitar 6-7 smartphone, mulai dari blackberry, iphone, android dan yang terakhir windows phone (januari 2013 sampai sekarang). Kebutuhan sayapun mengalami evolusi mengerucut menjadi lebih spesifik ke kategori pengguna kasual sosial media, serta pengguna berat kamera. Beberapa jenis apps yang rutin saya gunakan adalah email, whatsapp, twitter, blog, musik dan kamera.

Saya bahas satu satu platform/OS smartphone yang ada di market dan yang pernah saya gunakan :

  • Blackberry. Saya menggunakan beberapa jenis BB pada periode 2010-2012. (+) BBM merupakan apps unik dan kekuatan utama dari smartphone ini, banyak relasi pribadi maupun profesional menyukai BBM untuk saling berhubungan. (-) Tidak ada kelebihan dari BB, selain BBMnya. Interface, jumlah dan harga apps, performance handset semuanya sangat mengecewakan. Paket BIS/BES yang mahal. Saya tahu akhir akhir ini rilis terbaru BB10 sudah banyak perbaikan, akan tetapi dari segi kamera dan keragaman apps masih belum memuaskan.
  • Iphone. Saya menggunakan iphone 4 sekitar pada tahun 2012. (+) merupakan smartphone terbaik dalam hal interface, user experience, simplicity dan jumlah apps yang berlimpah saat itu, bahkan banyak apps yang hanya ekslusif untuk iphone. (-) Sayangnya iphone sangat mahal, kamera tidak bagus dan lensa kurang wide. Saya berhenti menggunakan iphone karena butuh smartphone dengan kemampuan kamera yang lebih baik
  • Android. Saya sempat menggunakan Android di akhir 2012-awal 2013, Saya mencoba android yang karena merupakan market leader saat itu. Sebelumnya saya pernah mencoba coba android di toko, dan saya sudah curiga kalau android ini tidak cocok dengan saya. Saya beli HTC One yang merupakan produk high-end HTC saat itu. (+) Tidak ada hal positif yang bisa saya simpulkan. (-) Interface membingungkan, experience tidak natural, butuh beberapa langkah untuk sekedar membuka menu, contoh menu setting. Terlalu kompleks, terlalu banyak kontrol, ibaratnya kita diberi kekuasaan seperti seorang engineer, tetapi kita sendiri tidak tahu performansi optimal smartphone kita seperti apa. Saya hanya butuh smartphone yang berkerja optimal tanpa terlalu banyak dipusingkan dengan kontrol ini dan itu. Jumlah apps banyak sekali, tetapi sedikit yang berkualitas. Akhirnya setelah pakai selama sebulan, saya menyerah. Anak saya juga memakai Android merk Oppo di thn 2014, experiencenya masih sama dengan yang saya rasakan pada saat menggunakan HTC setahun yang lalu.
  • Windows Phone. Saya mulai menggunakan Nokia Lumia 920 sejak Januari 2013 sampai sekarang, ini merupakan smartphone terlama yang pernah saya pakai. (+) Interface sangat sederhana, sehingga sangat berguna pada saat kita ingin mengakses apps secara cepat. Huruf sangat besar, cocok dengan mata saya yang mulai +. Kamera super keren, yaitu warna dan kontras yang enak, serta lensa yang wide, kontrol manual buat kamera. Harga tidak terlalu mahal. (-) Jumlah apps yang sedikit, akan tetapi yang saya butuhkan semuanya ada, dan makin lama makin banyak apps yang sepadan dengan di iphone/android.

Pandangan diatas adalah pandangan subyektif saya, berdasarkan pengalaman saya pribadi menggunakan berbagai jenis platform smartphone. So far saya sangat menyukai produk Nokia yang dikombinasikan dengan OS Windows Phone memberikan experience yang baik kepada saya. Nah andaikan saya berencana untuk upgrade, produk mana yang akan saya beli ?. Pilihan pertama saya akan beli Nokia Lumia 1020, dengan alasan kamera dari seri ini jauh lebih canggih dari seri 920, dengan experience OS keseluruhan yang masih tetap sama. Pilihan kedua adalah iphone, dengan catatan kameranya harus sepadan dengan kualitas kamera lumia, lensa sama sama wide, dan harga tidak jauh lebih mahal. Akhir kata ini #bukaniklan dan hanya pendapat pelanggan yang puas dengan produk yang dibelinya.