Valerian: Film Adaptasi Komik Favorit

Semasa SD sampai SMA saya adalah penggemar berat komik. Dari sekian banyak komik yang beredar di Indonesia, komik Valerian – Agen Antar Ruang dan Waktu adalah salah satu komik favorit saya. Memang seri komik ini tidak banyak beredar di Indonesia, kalau tidak salah tidak lebih dari 10 judul terbitan INDIRA. Favorit saya waktu itu adalah New York 1986 dan Mahkluk Aneh di Paris. Walaupun yang masuk ke Indonesia jumlahnya sedikit, ternyata komik ini banyak sekali serinya, diproduksi dari tahun 1967 sampai 2010. Nama asli komik ini adalah Valerian and Laureline  yang dibuat oleh komikus Prancis Christin dan Mezieres.

Waktu saya lihat cerita petualangan Valerian diangkat ke layar lebar, maka saya ga sabar nunggu film ini diputar. Film ini judulnya adalah Valerian and The City of A Thousand Planets dibintangin oleh Dana Dehaan, Cara Delevingne, Clive Owen, Rihanna dll. Akhirnya hari ini saya bisa menyempatkan menonton film ini di bioskop 21 Ciwalk. Yang saya herankan walaupaun trailernya luar biasa keren, tapi kok diputar di bioskop cuman sedikit. Di bandung hari ini (17 Agustus 2017) hanya diputar di Ciwalk, itupun hanya dua jam tayang saja yaitu jam 7 malam dan jam 9 malam. Penontonya pun sepi tidak seperti film film blockbuster hollywood, padahal cerita dan trailernya keren, apa kurang promosi yah di Indonesia ?

Valerianposter

Nah bagaimana kesan tentang film ini, menurut saya film ini sangat luar biasa. Baik dari segi visualisasi ataupun ceritanya. Detail cerita digarap rapih sehingga tidak sekedar asal lewat seperi film film blockbuster lainnya. Inget film Avatar yang digarap sangat detail dari visualisasi sampai cerita, nah Valerian mirip dengan pengarapan film tersebut, termasuk dengan suku native yang canggih dan bersahabat. Saya juga bandingkan dengan film antar galaxynya hollywood yang terakhir seperti Guardians of The Galaxy yang ceritanya dangkal dan tidak meninggalkan kesan lebih pada saat selesai nonton, malahan banyak adegannya yang udah lupa.

Luc Besson salah seorang sutradara Prancis yang sukes, ternyata memproduksi film Valerian ini secara independent, tanpa backup studio besar, bahkan menggunakan metode crowdfunding. Makanya tidak heran kenapa film ini gembar gembornya tidak secanggih film film hollywood lainnya. Konon dia punya obsesi juga dengan Valerian karena sudah membaca komiknya sejak masa kecilnya.

By the way, daripada kelamaan spoiler, jadi silahkan tonton deh film ini, ga nyesel deh apalagi buat penggemar film science fiction atau film antar galaxy, walaupun tidak kenal / tidak pernah baca komik Valerian, film Valerian ini tetap keren untuk ditonton … sangat jauh dibandingkan film film Hollywood akhir akhir ini yang memprihatinkan, bahkan tidak meninggalkan impresi yang mendalam. Oh ya berikut ini trailer film valerian (dari Youtube) :

 

393230 bffb72b2 4a16 11e5 acc9 910887772fba Komik Valerian Makhluk Aneh di Paris komik eropa terbitan

Dunkirk, Perang Dunia 2, dan versi Nolan

Dari dulu saya sangat tertarik dengan sejarah perang dunia 2 (PD2) , terutama perang di zona eropa. Sepertinya, semua detail operasi pada PD2 tersebut sudah saya baca dan pelajari dari buku, majalah, film dan juga komik, baik cerita sejarah aktual maupun fiksi dengan latar belakang PD2 tersebut. Salah satu komik yang sering saya tunggu tunggu dahulu adalah komik tentang PD2 yang sempat terbit di Indonesia (gambar di bawah). Kesibukan sekolah dan kuliah, sempat membuat saya tidak secara intense membaca cerita sejarah PD2 tersebut. Tapi saya sudah bisa membedakan mana cerita PD2 yang sejarah dan mana yang fiksi.

Setelah lulus kuliah S1, saya sempat berkuliah S2 dan tinggal di Prancis, dimana banyak sekali buku buku sejarah PD2 dalam berbagai sudut pandang dan versi. Buku buku tersebut bisa dipinjam gratis atau dibaca di perpustakaan kota. Saat waktu senggang saya bisa menghabiskan waktu berjam jam untuk membaca buku buku tersebut. Selain ilmu sains (matematika dan informatika) yang saya tekuni, ternyata minat saya ke sejarah juga sangat besar.

Film film mengenai PD2 sepertinya mayoritas sudah saya tonton, beberapa terbaik yang saya ingat adalah Saving Private Ryan (1998), Stalingrad (1993), Schlinder List (1993), The Pianist (2002), Valkyrie (2008), Allied (2016). Kesemuanya di list tersebut adalah film PD2 di eropa, untuk PD2  di Asia lebih sedikit film favorit saya, yang teringat adalah Empire of The Sun (1987), Letters from Iwo Jima (2006), dan Flags of Our Fathers (2006). Dari sudut peperangan saya rasa film Saving Private Ryan  adalah yang paling seru terutama 30 menit pertama yang menggambarkan pendaratan pasukan sekutu di Normandy. Sedangkan film yang paling menguras emosi adalah Stalingrad yang menggambarkan penderitaan pasukan jerman di Perang Stalingrad dan The Pianist. Oh yah ada satu film mini seri seru yang wajib ditonton buat penggemar PD2, yaitu Band of Brothers (2001) 

Dunkirk (2017) adalah film karya sutradara jenius Christopher Nolan yang terbaru. Sebagai penggemar PD2, tidak ketinggalan saya menunggu nunggu rilis film in. Bagi penggemar sejarah PD2 Dunkirk adalah peristiwa aneh, dimana kesalahan taktik sekutu (terutama jendral Prancis, Gamelan), membuat 400 ribu pasukan sekutu terpojok  oleh oleh pasukan Jerman Nazi dari dua sisi pada satu pantai di utara Prancis yang bernama Dunkirk atau Dunkerque.

Kesalahan ini terjadi pada masa awal PD2 (1940) yang pada akhirnya menyebabkan jatuhnya Prancis, Saya sebut peristiwa aneh karena pada saat pasukan sekutu terpojok di pantai tersebut dan putus asa mencari bantuan untuk menyeberang ke Inggris, eh malahan pasukan Jerman berhenti menyerang selama 3 hari. Selang waktu 3 hari tersebut akhirnya berhasil membuat sebagian pasukan sekutu bisa kabur menyeberang selat Inggris untuk kembali ke Inggris. Sampai sekarang latar belakang kenapa tentara jerman berhenti menyerang, masih diperdebatkan oleh para sejarawan.

Nolan adalah sutradara jenius, saya penggemar karya karyanya sejak Batman Dark Knight, dilanjutkan dengan Inception, Dark Knight Rises, dan yang terakhir Interstellar. Film tentang PD2 dan Nolan membuat saya ga sabar menonton Dunkirk.  Nolan mempunyai ciri visual dan storytelling yang unik, demikian juga Dunkirk ditampilkan tidak dalam bentuk intensif ke adegan peperangan, tapi lebih ke menggali emosi prajurit prajurit yang terjebak tersebut, sehingga penonton diajak masuk ke dalam pengalaman mereka. Adegan sadis tidak diumbar secara nyata seperti pada Saving Private Ryan, akan tetapi kekejaman perang ditampilkan secukupnya. Emosi prajurit yang melihat kematian rekan rekannya di eksplorasi secara baik. 

Nolan tidak menceritakan sejarah, dia hanya mengambil sekian hari kejadian di Dunkirk untuk mengajak penonton memahami cerita cerita individual disana. Overall saya sangat suka storytelling cara Nolan. Bagi yang tidak mengikuti PD2 tentu akan sedikit bingung dengan latar belakang kejadian Dunkirk ini, tapi saya yakin sepotong cerita pada film tersebut saya rasa sudah cukup memberikan hiburan (yang serius) .. 

Oh yah saya nonton bareng anak, yang tentu saja tidak paham PD2 dan latar belakang Dunkirk, dia mau nonton karena ada personil band favorit (One Direction) dia yang main di film ini.  Dengan motivasi yang berbeda akhirnya dia juga paham tentang peristiwa ini dan pernah menjadi bagian penting dari sejarah dunia. 

 

Dunkirk poster

poster film dunkirk (2017)

Img2307 1445312476

komik dunkirk yang saya baca semasa saya masih SD (sumber google)

Humor Simbolisasi Tuhan – The Brand New Testament (2015)

Salah satu ciri seorang peneliti adalah keingintahuan, termasuk keingintahuan atas segala hal. Pada tahun 2015 saya melihat trailer film The Brand New Testament (2015) atau dalam bahasa aslinya Le Tout Nouveau Testament. Dalam trailer tersebut (trailer disini), kata kata pertama ada lah “Tuhan itu ada”, ini menanggapi nilai budaya dan sebagian besar audience film ini yang menganggap Tuhan itu tidak ada. Cerita berikutnya meluncur dengan kata kata, “Dia tinggal di Brussel, Dia brengsek, dan Dia mempunyai anak cewek (adik J.C.)” .. dengan narasi yang begitu memprovokasi akhirnya malah membuat saya ingin tahu lebih banyak, saya penasaran terhadap film ini.

Lewat dua tahun kemudian, saya sudah lupa tentang film tersebut, dan memang saya yakin film model begini akan sulit masuk Indonesia, yang sangat sensitif dengan urusan agama.  Sementara sudah agak lupa, tiba tiba saya menemukan film ini pada saat browsing film di torrent. Saya pun download dan menontonnya. Tanpa bermaksud spoiler, Film ini menyampaikan humor dengan cara yang unik, yaitu memanusiakan Tuhan. Begitu Tuhan terlihat seperti manusia dan berperilaku seperti manusia, maka lelucon pun mengalir deras. Inti cerita adalah konflik keluarga pada umumnya, dimana anak cewek yang bernama EA (adik J.C) ngambek ke ayahnya karena ayahnya suka iseng membuat aturan dan bencana yang merugikan manusia yang tidak berdosa. Kesal dengan ayahnya, maka EA menyebarkan tanggal kematian manusia, sehingga manusia pun sudah tidak terobsesi berbuat baik setelah tahu berapa lama lagi sisa umur yang mereka punyai. Selanjutnya film dipenuhi oleh pesan pesan humanity. 

Sudah terlalu lama saya menonton film klise a la hollywood, sehingga nonton film ini mengingatkan film film favorit saya sewaktu tinggal di eropa dulu seperti Le Faboloux Destin d’Amelie Poulain (2001), Goodbye Lenin (2003), L’auberge Espagnole (2002), dll. Saya kangen film film unik tersebut. Saya sadar perbedaan budaya, perbedaan cara berpikir, pada akhirnya membuat perbedaan sangat besar pada saat menilai agama. Sineas Indonesia tentu tidak akan berani berbuat bodoh membuat film semacam ini, bahkan mungkin di beberapa negara lain juga pasti menolak film seperti ini.

Di saat isu agama sangat ramai dibicarakan dan sedang panas panasnya menjelang pilkada, maka menonton film ini seperti melihat dunia dalam paradoks … saya hanya tersenyum, karena saya absorb semua nilai, berusaha memahami, tanpa melakukan penghakiman (judge) 

MV5BMjM3OTAzMzYzNV5BMl5BanBnXkFtZTgwNTQ4MzU0MDI V1 SY1000 CR0 0 679 1000 AL

Movie Review “The Great Walls” , “Arrivals”, “Assasin Creed”, “Rogue One”

Pada liburan akhir tahun / awal tahun 2016/2017 ini banyak beredar film film bagus di bioskop, seperti Passengers, Assasin Creed, The Great Walls, Railroad Tigers, Rogue One, Girl on The Train. Belum lagi film film indonesia seperti Cek Toko Sebelah dan Hangouts. Saya sempat menonton beberapa film tersebut, tetapi yang akan saya bahas hanya 4 film yang saya tuliskan di judul blog ini. Sebelum meneruskan membaca, awas #Spoiler

Rogue One menurut saya adalah film terbaik dari cerita epic Star Wars. Cerita yang berkisar diantara episode 3 dan 4 Star Wars memberikan kesan mendalam karena ending cerita yang tidak disangka sangka. Tapi bagi bukan pecinta film Star Wars, mungkin akan menganggap Rogue One adalah sekedar film action biasa. Meskipun latar belakang cerita klise perseteruan empire dengan pemberontak, tetapi karakter utama Jyn Erso dan Capt Andor berhasil memberikan kesan mendalam di akhir ending film.

Assasin Creed adalah film berdasarkan video game, pada awalnya saya tidak tertarik dengan film ini, lagipula saya tidak pernah memainkan gamenya. Setelah melihat trailer film ini yang menarik dimana tokoh utama Cal Lynch (Michael Fassbander) yang merupakan terpidana hukuman mati dan menjalankan hukumannya, kemudian terbangun di “tempat lain”, maka saya pun jadi pengen nonton. Ide cerita film ini adalah ekplorasi memori dari leluhur Cal Lynch dan membuatnya menjadi seorang Assasin yang tangguh. Michael Fassbander bermain keren di film ini, action fighting scene nya juga sangat keren, worth to see ..walaupun cuman di Rating 6.5/10 di IMDB. Mungkin voter di IMDB cuman menilai dari alur cerita nya sih yang memang sedikit “plain”.

The Great Wall bercerita tentang salah satu legenda mengenai pembangunan tembok besar cina, dimana tembok tersebut digunakan sebagai benteng pertahanan untuk menghalau para penyerang, baik manusia maupun monster. Awalnya bukan merupakan film yang saya minati untuk saya tonton. Setelah beberapa kali melihat trailernya ada perkataan Matt Damon yang membuat saya penasaran, yaitu “this is the war worth fight for”. Saya jadi penasaran sebenarnya film tersebut perang melawan siapa ? . Akhirnya saya pun menonton film ini. Opini saya ini adalah film sangat bagus dan kolosal, mirip dengan Lord of The Rings detail pertempurannya sangat rapih. Singkat kata meskipun film ini bersetting tahun 1000an akan tetapi lawannya (monster) mirip Alien di film film modern, baik dari segi keganasannya maupun kecerdasannya. Sepertinya film Cina ini berhasil membungkus ide cerita dan eksekusi film yang baik, apalagi di dukung bintang bintang hollywood seperti Matt Damon dan Willian Dafoe. 

Arrival  sangat berbeda dengan tiga film yang saya sebutkan diatas, ini adalah film dengan tempo yang lambat, tidak terburu buru dalam menyelsaikan konflik tokohnya, akan tetapi penuh kejutan sampai akhir film. Film ini bercerita tentang seorang ahli bahasa yang ditugaskan untuk menterjemahkan bahasa Alien yang datang ke Bumi. Selain berusaha memahami maksud tujuan Alien tersebut, si ahli bahasa juga menemukan jati dirinya sendiri. Arrival adalah salah satu film yang saya suka karena misteri yang kedatangan alien yang belum terjawab sampai akhir film, dan juga twist yang kita dapatkan pada saat film berjalan.

Demikian entry blog movie review singkat, mohon maaf kalo #spoiler ..

 

1

Jason Bourne dan Data Analytics

Jika anda penggemar Bourne series yang muncul sejak awal 2000an, maka pasti anda tidak akan melewatkan seri ke 5 dari film ini yang berjudul Jason Bourne (2016). Saya adalah salah satu penggemar berat seri ini, kalau tidak salah film ke empat Bourne Legacy yang menurut saya agak kurang greget karena Matt Damon tidak bermain. Bourne itu yah harus ada Matt Damon nya .. :D. Ok, sekarang opini saya di film Bourne terbaru ini, secara sinematik sih biasa aja, sepertinya gaya film actions intense di awal 2000an sudah kurang cocok untuk masa sekarang yang dipenuhi oleh teknologi CGI, film Bourne berasa mentah, kasar, dan realistis. Tapi ada hal yang menarik di film ini, yaitu kita bisa melihat penggunaan aplikasi teknologi terutama data analytics yang sangat banyak (ekstensif) sepanjang film ini. Semoga gak spoiler, kalo ga mau spoiler jangan baca dulu entry blog ini ya .. 😀

Saya catat beberapa dalam film ini adalah bagaimana analis CIA bisa menemukan lokasi peretas server CIA dan kemudian mengetahui identitas peretas dalam hitungan menit. Beberapa teknologi disini antara lain tracing IP Location, Mematikan listrik secara remote walaupun lokasinya di negara yang jauh, Pencarian daftar penumpang di bandara negara lain yang cocok dengan profil peretas / agen yang dipunyai CIA.

Bagaimana mengetahui pergerakan peretas ke negara lain, Mengetahui pergerakan peretas dalam kota di dalam suatu negara. Teknologinya adalah akses sensor (cctv) dengan teknologi pengenalan wajah dan peningkatan kualitas gambar. 

Bagaimana mengetahui jalur terpendek untuk melarikan diri atau mengambil shortcut untuk memotong jalan lawan, Mengetahui lokasi pemblokiran jalan sehingga mengetahui alternatif rute. Teknologi menggunakan algoritma prediksi jalur dengan bantuan satelit.

Bagaimana mencari akses internet di suatu gedung secara remote, dan kemudian menggunakan akses tersebut untuk menghapus file di komputer remote dengan melalui beberapa lapis firewall 

Itu beberapa contoh yang saya ingat, anyway bagi penggemar / kritikus film, mungkin merasa film ini mengulang dari film fim sebelumnya, tapi menurut saya film ini fun to watch, saya puas menontonya, sampai akhirnya soundtrack legendaris Bourne dari Moby yang berjudul Extreme Ways menutup film ini. Saya suka sekali Moby pada jamannya, mungkin itu juga alasan kenapa saya juga suka Bourne. Selamat menonton guys … 

NewImage

The Martians – Belajar Sains Lewat Film

Saya pernah menulis entry blog ini dan ini  bahwa belajar sains lewat menonton film adalah suatu hal yang mengasyikkan. Dengan media film maka kita akan mendapatkan story telling yang menarik diramu dengan bumbu lainnya seperti efek spesial, romance, thriller dan lain lain yang membuat kita tidak bosan dan tidak sengaja malah mendekatkan kita ke sains. Tapi tentu saja memahami sains lewat film tidak akan mengetahui filosofi atau cerita sains itu sendiri secara mendalam. Nah makanya setelah nonton film, biasanya dilanjutkan dengan membuka buka ensiklopedia umum semacam wikipedia

The Martians adalah salah satu contoh film yang berdasarkan sains yang kuat. Disini diceritakan tentang prinsip astrodynamcis, botanist, jet engine, pembuatan pesawat luar angkasa, lingkungan planet mars, perhitungan kecepatan dan jarak pada planet Mars, beban roket dan lain lain. Saya sengaja mengajak Sandra dan Sarah nonton film ini, Saya yakin Sandra (kelas 8) pasti akan tertarik, yang agak mengkhawatirkan apakah Sarah (kelas 3) mampu memahami film ini dan tidak bosan menonton selama 2 jam ?. Ternyata Sarah juga cukup intens menonton film ini dan tidak terganggu, malah sepanjang film banyak bertanya mengenai hal hal yang tidak dia mengerti. Bravooo .. berarti saya sudah bisa mengajak belajar sains lewat film The Martians ini. 

Mengenai filmnya sendiri mungkin bukan selera semua orang. Pada intinya ceritaa bagaimana usaha survival tokoh utama terdampar di planet asing dengan kemungkinan tewas yang sangat besar. Againts all odds ternyata dia bisa bertahan hidup dengan menggunakan pengetahuannya tentang sains. Saya sih merekomendasikan buat yang suka film film fiksi sains, walaupun disini fiksinya tidak terlalu berkhayal banyak, lebih mendasar dan beralasan. 

 

Sq martian

10 Film Musikal Terbaik

Saya adalah penggemar film musikal, dari dulu selalu excited kalo menonton film film bertema musikal. Film musikal jelas bukan selera semua orang. Saya inget ada satu temen kantor yang sangat antipati dengan film film jenis ini. Menurut pendapatnya,  film musikal itu tidak realistis. Saya sebenarnya kasian buat yang tidak bisa menikmati film jenis ini, karena membatasi fantasi atau imajinasinya sendiri.

Sering musik atau lagu lagu sound track (OST) dari suatu film musikal, akan saya putar sampai 1-2 bulan sesudahnya, dan juga seringnya film musikal lebih membekas lebih kuat dibandingkan film film konvensional lainnya. Saya beberapa kali terkejut dengan bagusnya kemampuan bernyanyi dari beberapa aktor di film musikal, seperti Hugh Jackman, Russel Crow, Eddie Redmayne, Anne Hathaway di Les Miserables, Tom Cruise di Rock of Ages, Nicole Kidman di Moulin Rouge, Jim Sturges di Across The Universe dan lain lain.

Film musikal terakhir yang saya tonton adalah Annie (2014), ini merupakan daur ulang film dengan judul yang sama di tahun 80an. Saya menonton film ini nemenin Sarah, dan kita berdua sangat terkesan dengan lagu lagu dan tarian di film itu.

Berikut ini 10 film musikal terbaik versi saya berdasarkan urutan kefavoritannya :

  1. Moulin Rouge : Ini film musikal terbaik menurut saya, lebih karena saya suka lagu lagu dan aransemen yang ada. ‘your song’ dan mashup lagu ‘heroes’, ‘i will always love you’,‘roxanne’ 
  2. Les Miserables : Film dengan komposisi musik dan dialog yang cukup rumit, tetapi semakin lama didengarkan, semakin terasa enak dan membekas lagu lagu pada film tersebut.
  3. The Sound of Music : Sepertinya tidak ada yang tidak suka dengan film ini.  Lagu lagu di film ini mudah diingat dan menjadi ikon klasik film musikal.
  4. Dancer in The Dark : Bjork punya karakter sendiri dalam bernyanyi, hampir seluruh dialog di film ini dinyanyikan dengan karakter suara bjork yang cukup unik.
  5. Across the Universe : Untuk penggemar The Beatles, maka wajib nonton film ini.  Film ini dibuat dengan setting cerita dari lagu lagu The Beatles, termasuk tokoh utamanya yang bernama Jude (Hey Jude) dan Lucy (Lucy in The Sky with Diamond)
  6. The Umbrella of Cherbourg : Film musikal Prancis pertama yang saya tonton,  dan selalu saya ingat dengan lagu lagu romantis a la tahun 50-60an dengan cerita yang “tragis”.
  7. An American in Paris dan Singing in the rain : Dua film Gene Kelly di era tahun 50an. Lagu lagu ini film ini bertema komedi dan easy listening. Film klasik yang tidak membosankan
  8. Rock of Ages : Saya suka sekali dengan mashup lagu lagu rock tahun 80-90an, sangat menghibur, tapi filmnya sendiri tidak terlalu wow
  9. Grease : Lagu lagu klasik disko pada era saya belum masuk SD, tapi selalu saya ingat karena lagu lagunya begitu mudah diingat dan mudah dicerna
  10. 8 Mile : Eminem sangat keren di film ini, termasuk lagu lagu yang dibawakannya. Waktu itu film ini bisa saya tonton berulang ulang tanpa merasa bosen.

Beberapa film musikal lain yang saya tonton  juga bagus, tapi kesannya tidak sekuat 10 film diatas, seperti Chicago, Annie, Oliver, Into The Woods, Mary Poppins, Pitch Perfect, Glee!, Phantom of The Opera

Bagaimana dengan anda ?.. Apakah anda menyukai film musikal ?..

MQUAD_MR_-920x690.jpg

Opini Sinematografi : Birdman (2014)

Birdman (2014) adalah film terbaik pada gelaran piala Oscar 2015. Saya menonton film sebelum piala Oscar digelar dan sama sekali tidak melihat review dan mengetahui kabar tentang nominasi film ini. Saya tidak kaget melihat kemenangan film ini di Oscar 2015 kemarin,  karena kebetulan saya juga sudah menonton film film kandidat lainnya seperti Whiplash, American Sniper, Boyhood, The Imitation Game dan The Grand Budapest Hotel. Diantara nominee lainnya Birdman memang sangat menonjol menurut saya, bukan hanya dari kacamata kompleksitas cerita tapi juga dari  kacamata sinematografi dan fotografinya.

Whiplash, The imitation Game dan American Sniper adalah film sangat kuat ceritanya, positif, straightforward, eksplisit (mudah dicerna) dan penonton akan mudah bersimpati atau berempati terhadap tokoh protagonis. Boyhood film yang menarik tapi saya tidak melihat sesuatu yang istimewa kecuali proses pembuatan yang tentu saja luar biasa sulit dalam rentang waktu 12 tahun (kalo tidak salah). The Grand Budapest Hotel saya sudah agak agak lupa, saya ingat film ini menarik dan digarap dengan unik (nyeni dan ngepop), tapi impresi tidak bertahan lama, buktinya saya sudah lupa detailnya.

Birdman lain ceritanya (saya tentu saja tidak akan spoiler). Film ini sangat kompleks, protagonist dan antagonist tidak tertebak dan mungkin memang tidak perlu ada, semuanya seperti kehidupan nyata dan natural. Sampai film berakhir film ini masih membuat saya berpikir, ini tandanya film yang bagus (menurut saya). Tentu saja Birdman bukan selera semua orang, beberapa rekan menyatakan kebingungannya kenapa film ini menang. Menurut saya bukan hanya cerita yang membuat Birdman menang tapi juga sinematografinya ..

Sinematografi Birdman luar biasa menurut saya, bisa dijadikan contoh bagi sineas Indonesia atau mahasiswa yang sedang belajar membuat film. Di film ini seingat saya sedikit sekali terjadi pemotongan film, dari awal sampai akhir kamera mengalir ke tiap sudut tanpa pernah di cut. Kamera mengalir sangat dinamis dan berasa ringan. Penonton dibawa ke setiap sudut backstage teater 

Penggunaan lensa cepat dan lebar di ruangan yang sempit juga memberikan efek intimate kepada aktor/aktris dibantu dengan Depth of Field yang kuat. Sudut pengambilan (fotografi) juga keren, sering menciptakan komposisi aneh yang tidak lazim pada sinematografi modern, mungkin sepadan dengan sudut sudut fotografi film The King’s Speech (2010).  Salah satu hal yang unik dari film ini adalah music score ‘hanya’ didominasi oleh permainan solo drum yang asyik.

birdmantrailers-poster07Film-Venice Film Festiva_MG_0817.CR21DAC657E

sudut sudut pengambilan gambar film Birdman (2014)

visualisasi sains lewat film #interstellar

Setiap nonton film bagus, saya selalu tergoda untuk nulis opini saya di blog. Film terakhir yang saya tonton dan layak untuk didiskusikan adalah interstellar, saya nonton seminggu yang lalu, tapi baru sempet saya bikin blognya sekarang.

Tanpa berusaha untuk jadi spoiler, film ini layak untuk didiskusikan. Topik film tentang perjalanan ruang angkasa yang sebenarnya sudah banyak dijadikan tema oleh film film seperti a space odyssey, prometheus, avatar, gravity, star trek, dll dalam konteks masing masing menggambarkan bahwa “space is unknown/mysterious teritory, dangerous, surprising, exploration, hybernate sleep, etc”.  Yang membedakan interstellar dengan lainnya adalah film ini dibuat berdasarkan riset terkini dari astro fisikawan kuantum Kip Thorne

Black hole atau worm hole adalah analisa teoritis ahli fisika yang didukung oleh bukti bukti nyata fenomenanya, tapi tidak ada seorangpun atau satu satelit / robot yang pernah melihat langsung. Akibatnya kita tidak bisa membayangkan seperti apa bentuk (luar dan dalam) black hole tersebut. Film ini menyajikan visualisasi fenomena tersebut dengan sangat baik.

Beberapa adegan berasa tidak logis, tapi tidak perlu saya sebutkan satu persatu (biar gak spoiler), tapi saya paham bahwa membuat film tentang dimensi ruang dan waktu dalam bentuk yang mudah dicerna pemirsa itu tidak mudah. Bahkan sepanjang film saya masih mengernyitkan dahi karena kurang memahami beberapa teori. Saran saya baca baca dikit deh tentang fisika kuantum dan kosmologi sebelum pergi ke bioskop.

Film ini adalah yang memaksa kita berpikir dan memaksa kita memahami ilmu pengetahuan. Saya bisa katakan, bahwa Kip Thorne berhasil mempublikasikan karya ilmiahnya melalui media film ke khalayak ramai. Konsumsi perkembangan ilmu pengetahuan tidak hanya eksklusif didominasi oleh para saintis

MV5BMjIxNTU4MzY4MF5BMl5BanBnXkFtZTgwMzM4ODI3MjE@._V1_SX640_SY720_

Lucy dan Transcendence bukan film konvensional

image

Transcendence dan Lucy adalah dua film di tahun 2014 yang menyita perhatian saya karena kedua film tersebut berhasil membungkus cerita fiksi dengan latar belakang sci-fi yang tidak ngasal dan boleh dikatakan yang ditampilkan merupakan roadmap track teknologi saat ini, dimana beberapa riset dari ilmuwan memang mengarah ke sana. Kedua film ini berhasil membuat saya keluar bioskop dengan “big question” … “what if ?“. Pertanyaan tentang fantasi tentu ga perlu dianggap serius, tapi pertanyaan tentang hal yang sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat, menimbulkan sensasi sendiri dan membuat pikiran terbang liar sekaligus excited.

Lucy berdasarkan fakta bahwa manusia baru menggunakan kapasitas otaknya maksimal sebesar 10%. Jika manusia bisa meningkatkan kemampuan tersebut, maka secara teoritis manusia akan mampu mengontrol sel dan materi disekelilingnya, pemrosesan dan penyimpanan data di otak tidak akan kekurangan sumber daya. Kita bisa merasakan evolusi dalam level sel sejak masa sebelum ada manusia. Bisa dibayangkan bagaimana superpowernya jika hal itu terjadi.

Transcendence pernah saya komentari dalam entri blog disini, yang intinya menceritakan kecerdasan manusia dan self awareness dipindahkan ke komputer, sehingga dia punya power yang selama ini tidak dia dapatkan pada saat menjadi manusia bisa.

Terlepas dari latar belakang kedua film yang selalu ada dalam pikiran saya, pesan yang disampaikan cukup sederhana. Keberanian sineas memproduksi film film luar biasa ini patut diacungi jempol, seperti film terminator, matrix, minority report dan lain lainnya pada masanya. Semoga ke depannya makin banyak sineas yang bikin film film ga konvensional dan bisa dinikmati oleh penikmat film seperti saya dan anda …